Label

Rabu, 25 Januari 2012

Gol Damai Tercipta di Pantai Suli

Anak-anak muda dari dua keyakinan, islam dan kristen memiliki tujuan yang sama untuk kedamaian di Maluku menamakan diri mereka cofee badati, melakukan kegiatan titik temu anak bagi korban kerusuhan 11 september 2011. Kegiatan yang berlangsung bukan hanya di hadiri oleh 68 anak-anak yang terdiri dari 26 anak dari pengungsi talake, 14 anak dari pengungsi mardika, dan 28 anak dari pengungsi waringin  tetapi juga orang tua mereka yang turut berpartisipasi dalam setiap kegiatan, di pantai sopapei, suli bawah Kamis kemarin (5/1).
Dalam susunan acara yang dikoordinir oleh salah seorang anggota badati Sefany Diasz. Terdapat lomba menendang bola ke sasaran yaitu, lingkaran ban dalam bekas yang telah disiapkan.
 Sebelum acara menendang bola ini dimulai anak-anak dari ketiga lokasi pengungsian telah membaur dan dibagikan kedalam tiga kelompok sesuai dengan pilihan warna. Yakni, merah, biru dan putih.
Ketika lomba berlangsung masing-masing kelompok diwakilkan 6 orang anak. Setelah aba-aba di berikan oleh Rais rumalatu, salah satu anggota badati. Setiap anak scara bergiliran akan menendang bola ke sasaran. Namun dari ke 18 anak yang menendang tidak satupun yang berhasil.
Merasa tidak ingin kalah Eda Ferdinandus, dari pengungsi talake yang merupakan ibu dari Gilbert Ferdinandus dari kelompok mera menawarkan diri untuk menendang bola. Akhirnya sorakan dan kegirangan yang dinanti-nantikan dari seluruh anak maupun orang tua meliputi pantai suli, karena bola yang ditendang Eda akhirnya masuk ke sasaran.
Di penghujung kegiatan, Eda ferdinandus yang baru bisa di hubungi mengatakan bahwa. Gol tadi, adalah Gol damai bagi Ambon, ujar eda. 
Eda menambahkan, Generasi muda khususnya anak-anak mari kita menjaga Ambon tetap damai, jangan ada lagi kerusuhan di Ambon dan bagi saudara-saudari muslim ataupun kristen jangan tepancing dengan isu dan profokasi, karena yang nantinya susah adalah kita sendir, ujar ibunya Gilbert Ferdinandus