Label

Minggu, 20 November 2011

Edit : Rudi Fofid

AMBON-Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Ambon melaksanakan kegiatan pembangunan spiritualitas, Sabtu (12/11). Sebagian besar mahasiswa teologi hadir dalam acara yang digelar di gedung Gereja Maranatha.
Pembangunan spiritualitas mahasiswa teologi ini menghadirkan sejumlah pembicara dari Fakultas Teologi UKIM. Mereka adalah Dekan Hobert Talaway, Pembantu Dekan III Tuty Relmasira, serta dua dosen yakni Alex Relmasira dan Sonny Hetharia.
Talaway dalam sambutannya menyatakan, seiring perkembangan zaman dengan permasalahan yang kian kompleks, Fakultas Teologi UKIM sebagai institusi edukatif Kristiani merasa perlu membentuk Pusat Pengembangan Spiritualitas Fakultas. Lembaga ini disebutnya, bertanggung jawab mengembangkan spiritualitas segenap sivitas akademika yakni mahasiswa, dosen, dan karyawan. Bahkan, Talaway berharap, pembinaan dan pengembangan spiritualitas juga melibatkan para alumnus dan jemaat.
Alex Relmasira mengkritik para pendeta masa kini yang ditengarainya sangat cerdas namun spiritualitasnya menurun. Dia berharap, para mahasiswa memiliki kecerdasan yang seimbang dengan spiritualitas.
“Dengan begitu, kita tidak dapat disamakan dengan seekor hewan,” kata Relmasira.
Sementara dosen lain, Sonny Hetharia mengarahkan mahasiswa supaya memiliki spiritualitas yang kuat. Dirinya meminta mahasiswa tidak kalah terhadap kesetiaan merpati dan kerja keras semut. (MO-01)

Kamis, 17 November 2011

Rudi Fofid sang Inspirator Tanpa Titel

 
Langgur 17 agustus 1964, tanggal bersejarah bagi seorang tentara yang bermarga Fofid karena di anugrahkan seorang anak laki-laki yang dinamakan Rudi Fofid. Nama yang sangat indah dengan sejumlah talenta yang dimiliki.
Rudi Fofid atau yang biasa kita kenal dengan opa ini, memiliki sejumlah pengalaman sejak masa kecil hingga saat ini. SD nasional Katolik Labuha menjadi pilihan awal untuk mengecam pendidikan.
Pada masa ini opa rudi sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang wartawan. Dapat kita rasakan lewat kegemarannya membaca majalah sikuncung yang setiap bulan di berikan oleh sang ayah.
Dalam majalah sikuncung terdapat puisi-puisi yang di tulis oleh anak-anak lain dan dari sini motifasi untuk menulis mulai terasah. Dalam diri opa pada masa ini mengatakan bahwa, kenapa mereka bisa saya tidak bisa. Semangat opa ini mulai memberikan kontribusi awal opa untuk menulis.
Barang berharga dalam rumah mungil di langgur tak banyak namun satu dari beberapa barang yang ada, opa memilih mesin ketik menjadi teman terdekatnya. Dari sini opa mulai berekspresi dengan mengetik cerita-cerita tentang saudara-saudarnya. Dengan dibantu sang ayah yang juga adalah guru pertama opa.
Ketika di SD diberi tugas untuk mengarang, karangan opa mendapat pujian dari sekian murid yang ada.
Ketika beranjak ke SMP negeri Labuha, opa kembali mengasah talenta yang diberikan oleh sang Khalik. Di tengah keadaan ibu kota kabupaten yang belum terjamah transportasi, Opa mulai menulis puisi dan dikirim ke Jakarta tahun 1977-1978. Masa-masa muda opa yang memiliki loyalitas terhadap seni sastra ditunjukan lewat cerita sederhana yang disampaikan, pada masa ini opa tidak pernah jajan. uang yang diberikan, opa pakai buat beli perangko, ujar opa.
SMA  Xaverius ambon menjadi pilihan berikutnya bagi opa untuk mengecam pendidikan. Di persekolahan Katolik ini, sesuai dengan besiknya opa. Ia mulai mengurus mading dan buletin sekolah.
Setelah lulus opa melanjutkan studinya di Universitas Pattimura, fakultas pertanian, jurusan hama penyakit. Dsini opa mulai mengurus media UNPATTI dan menjadi anggota organisasi, misalnya PMKRI dan GMKI tahun 1983.
 Mantan Anggota warkat pastoral (buletin uskup Amboina) ini juga menagalami proses yang begitu panjang sehingga pada semester akhir (skripsi) harus dinyatakan drop out. Namun langkah juang sang inpirator tak henti disini. Pada tahun 1993 opa bergabung bersama 15 teman lainnya di media suara maluku. Hingga Tiga bulan kemudian opa diangkat menjadi redaktur.
Dalam prestasi yang ada opa tidak pernah mendapatkan juara, namun opalah yang menjadi juri bagi setiap peserta lomba sastra. Selain itu juga opa melakukan pelatihan-pelatihan jurnalis di tingkat SMA maupun mahasiswa. Hal ini dikarenakan opa sangat mengerti dengan kode etik wartawan.
Tahun 1999 opa jatuh cinta dan mempersunting seorang wanita cantik yang bernama Ketty renwarin, dan di anugrahi empat anak perempuan yang cantik-cantik. Dan hingga saat ini opa  menjadi wakil pimpinan redaksi koran suara maluku.
Dikesempatan yang sama ketika diwawancarai, opa menyampaikan harapan bagi para wartawan muda. Menulis itu gampang tetapi yang menjadi terpenting adalah kode etik. Inilah dasar seseorang wartawan menjadi profesional. Ketika dasarnya baik maka penulisan akan sangat baik, ujar opa rudi.

Selasa, 08 November 2011

Temaram saksi kunci


Temaram adalah bulan sabit
Yang tak tajam cahayanya
Temaram adalah kunang-kunang yang
Melihat pelakon domino
Dan menenemani tikus got
Yang mengais sampah

Temaram adalah pohon sagu yang menjerit marah
Di petuwanannya
Ketika melihat padi yang bersorak gembira
Di sekitar sungai yang membentuk orkestra

 Temaran meneteskan air mata ketika melihat setiap anting-anting yang menari
Untuk menunjukan kilauan yang berbising dan berasap
Di tengah keheningan sepotong balok

Temaram menghisap sebatang rokok
Dan menyumburkan asap di setiap
Jiwa-jiwa rerumputan muda
Agar terinfeksi dengan setiap polusi jiwa
Karena kekeringan darah merah

Temaram adalah teropong tua yang melihat rintihan tinta pena yang redup
Ketika menyaksikan payung menari dengan lambayan pohon-pohon coklat
Temaram adalah saksi kunci pengadilan untuk menyampaikan
Setiap penglihatan, dan jeritan
Namun temaram seperti semut merah yang kehilangan arah
Untuk menemukan gubuknya
Karena banyak tanaman, binatang dan benda yang tak bernafas
yang membius sang saksi kunci.