Langgur 17 agustus
1964, tanggal bersejarah bagi seorang tentara yang bermarga Fofid karena di
anugrahkan seorang anak laki-laki yang dinamakan Rudi Fofid. Nama yang sangat
indah dengan sejumlah talenta yang dimiliki.
Rudi Fofid atau yang
biasa kita kenal dengan opa ini, memiliki sejumlah pengalaman sejak masa kecil
hingga saat ini. SD nasional Katolik Labuha menjadi pilihan awal untuk mengecam
pendidikan.
Pada masa ini opa
rudi sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang wartawan. Dapat kita
rasakan lewat kegemarannya membaca majalah sikuncung yang setiap bulan di
berikan oleh sang ayah.
Dalam majalah
sikuncung terdapat puisi-puisi yang di tulis oleh anak-anak lain dan dari sini
motifasi untuk menulis mulai terasah. Dalam diri opa pada masa ini mengatakan
bahwa, kenapa mereka bisa saya tidak bisa. Semangat opa ini mulai memberikan
kontribusi awal opa untuk menulis.
Barang berharga dalam
rumah mungil di langgur tak banyak namun satu dari beberapa barang yang ada,
opa memilih mesin ketik menjadi teman terdekatnya. Dari sini opa mulai
berekspresi dengan mengetik cerita-cerita tentang saudara-saudarnya. Dengan
dibantu sang ayah yang juga adalah guru pertama opa.
Ketika beranjak ke
SMP negeri Labuha, opa kembali mengasah talenta yang diberikan oleh sang
Khalik. Di tengah keadaan ibu kota kabupaten yang belum terjamah transportasi,
Opa mulai menulis puisi dan dikirim ke Jakarta tahun 1977-1978. Masa-masa muda
opa yang memiliki loyalitas terhadap seni sastra ditunjukan lewat cerita
sederhana yang disampaikan, pada masa ini opa tidak pernah jajan. uang yang
diberikan, opa pakai buat beli perangko, ujar opa.
SMA Xaverius ambon menjadi pilihan berikutnya
bagi opa untuk mengecam pendidikan. Di persekolahan Katolik ini, sesuai dengan
besiknya opa. Ia mulai mengurus mading dan buletin sekolah.
Setelah lulus opa
melanjutkan studinya di Universitas Pattimura, fakultas pertanian, jurusan hama
penyakit. Dsini opa mulai mengurus media UNPATTI dan menjadi anggota
organisasi, misalnya PMKRI dan GMKI tahun 1983.
Mantan Anggota warkat pastoral (buletin uskup
Amboina) ini juga menagalami proses yang begitu panjang sehingga pada semester
akhir (skripsi) harus dinyatakan drop out. Namun langkah juang sang inpirator
tak henti disini. Pada tahun 1993 opa bergabung bersama 15 teman lainnya di
media suara maluku. Hingga Tiga bulan kemudian opa diangkat menjadi redaktur.
Dalam prestasi yang
ada opa tidak pernah mendapatkan juara, namun opalah yang menjadi juri bagi
setiap peserta lomba sastra. Selain itu juga opa melakukan pelatihan-pelatihan
jurnalis di tingkat SMA maupun mahasiswa. Hal ini dikarenakan opa sangat
mengerti dengan kode etik wartawan.
Tahun 1999 opa jatuh
cinta dan mempersunting seorang wanita cantik yang bernama Ketty renwarin, dan
di anugrahi empat anak perempuan yang cantik-cantik. Dan hingga saat ini opa menjadi wakil pimpinan redaksi koran suara
maluku.
Dikesempatan yang
sama ketika diwawancarai, opa menyampaikan harapan bagi para wartawan muda.
Menulis itu gampang tetapi yang menjadi terpenting adalah kode etik. Inilah
dasar seseorang wartawan menjadi profesional. Ketika dasarnya baik maka
penulisan akan sangat baik, ujar opa rudi.
mantappp (Y)
BalasHapus