Label

Selasa, 16 Agustus 2011

Konsep Keslamatan Menurut Iman Kristen


Nama : fileks Talakua


Mengenai definisi syalom atau eirene, damai sejahtera dan juga soteriologi (keselamatan) terdapat berbagai pandangan yang hampir sama, tetapi juga memiliki perbedaan dari berbagai para ahli/teolog. Di dalam teologi sistematik, istilah syalom selalu berhubungan dengan soteriologi mengenai suatu keadaan yang ideal, aman, damai, tenang. Hal ini dipahami sebagai suatu pemberian yang berasal dari Allah dan dalam sebuah perencanaan untuk menolong setiap orang,  yang lemah, berdosa/kesalahan dan membawa mereka kepada sebuah keadaan yang damai, abadi bersama Tuhan. Eirene Kristen seperti yang telah dikemukan selalu menghadirkanYesus sebagai pemberi damai sejahtera.
DR. C. Groenen,[1] mewartakan damai sejahtera (Eirene, syalom), umat Kristen terutama para pemimpinnya, selalu mewartakan damai sejahtera, eirene dengan berbagai bentuk istilah, ungkapan dan lambang. Umat Kristen terus berkata, bahwa manusia oleh Allah melalui Yesus Kristus sudah menerima damai sejahtera (eirene), asal saja mau percaya. Hal ini menunjukkan bahwa damai sejahtera, syalom, eirene telah dihadirkan melalui Yesus Kristus namun dibutuhkan pertobatan dari manusia agar dapat memulihkan kembali hubungannya dengan Allah.
 John G. Reisinger mengungkapkan empat point penting yang berhubungan dengan damai sejahtera yang diyakini oleh umat Kristiani :
1.      Seorang manusia mesti menyesal, bertobat serta percaya kepada Injil untuk diselamatkan
2.      Semua yang menyesal, bertobat, dan percaya pada Injil akan diselamatkan
3.      Pertobatan dan iman merupakan tindakan manusia secara tulus (dalam hal menerima Kristus)
4.      Alkitab menyatakan bahwa manusia mesti menyesal, bertobat dan percaya untuk menerima damai sejahtera, tetapi juga dengan tegas menyatakan bahwa dosa alami manusia (pada saat Adam), tidak dapat dihapuskan.
Namun, apakah damai sejahtera (Syalom, Eirene) hanya bersifat pengampunan dan pertobatan secara vertikal? Hal ini muncul sebagai akibat dari kegelisahan misi syalom seperti itu tidak dapat menjawab realitas hidup manusia di dunia. Jika demikian, maka damai sejahtera selalu berkaitan dengan Allah. Di dalam Alkitab terdapat rangkaian sejarah istilah syalom yang diperuntukkan bagi umat manusia. Selain itu, syalom juga mengandung kesejahteraan baik lahir mau pun batin, baik di dunia mau pun di akhirat.
 Tom Jakobs[2] menyatakan bahwa menyatakan bahwa Yesus, yang penuh Roh Allah, adalah perwujudan syalom Allah (keselamatan). Keselamatan itu pasti mempunyai arti eskatologis, tetapi sudah menjadi riil sekarang dalam tindakan Yesus untuk menyelamatkan orang. Keselamatan tersebut mempunyai arti Alkitabiah yakni damai sejahtera (eirene).
Menurut johanes calvin Keselamatan. Calvin sangat menekankan keyakinan bahwa keselamatan diperoleh hanya karena kasih karunia melalui iman (sola gratia dan sola fide). Selanjutnya, Calvin mengembangkan ajaran tentang keselamatan ini dalam suatu wawasan yang dikenal dengan istilah “predestinasi.” Secara sederhana predestinasi berarti bahwa jumlah dan jati diri dari orang-orang yang terpilih, yakni mereka yang diselamatkan sudah ditetapkan Allah yang berdaulat sebelum dunia diciptakan. Tentang hal ini muncul berbagai tanggapan. Perhatikanlah bagaimana Jacobus Arminius menanggapi wawasan “predestinasi” Calvin dan perbedaan antara keduanya :
Calvinisme dan Arminianisme adalah dua sistim teologi yang berupaya menjelaskan hubungan antara kedaulatan Tuhan dan tanggung jawab manusia dalam kaitannya dengan keselamatan. Calvinisme dinamai menurut John Calvin, teolog Perancis yang hidup dari tahun 1509 – 1564. Arminianisme dinamai menurut Jacobus Arminius, teolog Belanda yang hidup dari tahun 1560 – 1609.
Calvinisme berpegang pada kejatuhan total sementara Arminianisme berpegang pada kejatuhan sebagian. Kejatuhan total mengatakan bahwa semua aspek kemanusiaan sudah dikotori oleh dosa, karena itu manusia tidak dapat datang kepada Tuhan dengan kemauannya sendiri. Kejatuhan sebagian mengatakan bahwa setiap aspek kemanusiaan dikotori oleh dosa, tapi tidak sampai pada taraf di mana manusia tidak dapat beriman pada Tuhan dengan kehendaknya sendiri
Calvinisme berpegang pada pemilihan yang tanpa syarat sementara Arminianisme berpegang pada pemilihan bersyarat. Pemilihan tanpa syarat percaya bahwa Allah memilih orang-orang yang diselamatkan berdasarkan kehendakNya semata-mata, bukan berdasarkan apa yang ada pada individu-individu. Pemilihan bersyarat percaya bahwa Allah memilih invididu-individu untuk diselamatkan berdasarkan pengetahuan Allah mengenai siapa yang akan menerima Yesus sebagai Juruselamat.
Calvinisme berpegang pada penebusan yang terbatas sementara Arminianisme percaya pada penebusan yang tidak terbatas. (Dari ke lima poin, ini adalah yang paling kontroversial). Penebusan terbatas adalah kepercayaan bahwa kematian Yesus hanyalah bagi umat pilihan. Penebusan tak terbatas percaya bahwa Yesus mati bagi semua orang, namun kematiannya tidak akan efektif sampai orang yang bersangkutan percaya
Calvinisme berpegang pada anugrah yang tak dapat ditolak sementara Arminianisme berpegang pada anugrah yang dapat ditolak. Anugrah yang tidak dapat ditolak mengatakan bahwa ketika Tuhan memanggil orang untuk diselamatkan, pada akhirnya orang tsb akan datang kepada keselamatan. Anugrah yang dapat ditolak mengatakan bahwa Tuhan memanggil semua orang kepada keselamatan, namun banyak orang bersikeras dan menolak panggilan ini.
Calvisnisme berpegang pada ketekunan orang-orang kudus, sementara Arminianisme berpegang pada keselamatan yang bersyarat. Ketekunan orang-orang kudus merujuk pada konsep bahwa seseorang yang telah dipilih Allah akan bertahan dalam imannya dan tidak akan pernah menolak Kristus atau berbalik daripadaNya. Keselamatan yang bersyarat adalah pandangan bahwa seseorang yang percaya pada Kristus, dapat, dengan kehendak bebasnya, berbalik dari Kristus dan karena itu kehilangan keselamatan.
Konteks
Dari berbagai macam pandangan di atas bila kita melihat salah satu konteks yang ada dalam realita saat ini misalnya pada konteks peperangan yang terjadi di salah satu kepulauan di Saparua yakni desa Porto dan Haria yang mana pertikaian kedua dosa ini sudah berlangsung cukup lama. Pertanyaannya konsep keslamatan seperti apa yang ditampilkan pada konteks ini?, dalam kitab PL peperangan yang terjadi menghadirkan syalom yang di artikan sebagai keadaan aman, hal ini bisa juga dipakai dalam konteks peperangan kedua desa ini, namun perlu diperhatikan hal yang lain adalah bagaiman kita sebagai pengikut Kristus ini menyikapi keslamatan yang ada disana?. Upaya-upaya keslamatan yang dilakukan bukan lagi hanya berfikir karena persoalan yang terjadi tidaklah semudah yang tertulis dalam buku. Banyka penderitaan, banyak ketakutan, dan banyak tangisan yang terjadi. Namun kita sebagai sesama saudara kristiani masih tetap duduk diam, mebisu. Inikah keslamatan?. Pemuda kristiani, dan berbagai macam organisasi marilah kita mengartikan keslamatan dalam konteks seperti ini. Sehingga kedamaian itu terwujud dan menghadirkan Syalom Allah dalam hidup kita dan kedua desa ini.
Konteks yang lain juga adalah kemajemukan dimana banyak terdapat perbedaan pandangan keslamatan dari pemikiran masyarakat yang tergolong dalam beberapa agama. Jika bertolak dari pemikiran Calvin maka pandangan kita sebagai umat kristiani yang sudah menerima keslamatan kemudian meresponinya dalam kehidupan yang plural, hal ini perlu dikritisi terhadap pandangan calvin yang mengatakan bahwa diluar Kristen tidak ada keslamatan, karena hal ini bersifat sangat eksklusif. Umat kristen saat ini lebih menerima berbagai macam perbedaan dan mengakui berbagaia macam pandangan keslamtan oleh tiap-tiap Agama. Hal yang perlu dilihat kemudian adalah bagai mana iman itu bekerja untuk meyakini iman kita yang bahwa keslamatan itu ada. Bagi pemikiran kristen sendiri tentang keslamtan adalah bukan hanya percaya tetapi bagaimana mengaplikasikan iman kristen yang sudah diselamtkan ini kepada seluruh umat atau masyarakat agar menghadirkan Syalom Allah yang baik. Untuk itu mari kita meresponikeselamatan dengan perbuatan dan bukan bersifat eksklusif untuk mengatakan keslamatan hanya milik kita sebagai umat pilihan.


[1] C. Groenen, Soteriologi Alkitab: Keselamatan yang Diberitakan Alkitab, Yogyakarta: Kanisius, 1986, hlm. 1
[2] Tom Jakobs, Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1982, hlm. 125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar