Label

Kamis, 17 November 2011

Rudi Fofid sang Inspirator Tanpa Titel

 
Langgur 17 agustus 1964, tanggal bersejarah bagi seorang tentara yang bermarga Fofid karena di anugrahkan seorang anak laki-laki yang dinamakan Rudi Fofid. Nama yang sangat indah dengan sejumlah talenta yang dimiliki.
Rudi Fofid atau yang biasa kita kenal dengan opa ini, memiliki sejumlah pengalaman sejak masa kecil hingga saat ini. SD nasional Katolik Labuha menjadi pilihan awal untuk mengecam pendidikan.
Pada masa ini opa rudi sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang wartawan. Dapat kita rasakan lewat kegemarannya membaca majalah sikuncung yang setiap bulan di berikan oleh sang ayah.
Dalam majalah sikuncung terdapat puisi-puisi yang di tulis oleh anak-anak lain dan dari sini motifasi untuk menulis mulai terasah. Dalam diri opa pada masa ini mengatakan bahwa, kenapa mereka bisa saya tidak bisa. Semangat opa ini mulai memberikan kontribusi awal opa untuk menulis.
Barang berharga dalam rumah mungil di langgur tak banyak namun satu dari beberapa barang yang ada, opa memilih mesin ketik menjadi teman terdekatnya. Dari sini opa mulai berekspresi dengan mengetik cerita-cerita tentang saudara-saudarnya. Dengan dibantu sang ayah yang juga adalah guru pertama opa.
Ketika di SD diberi tugas untuk mengarang, karangan opa mendapat pujian dari sekian murid yang ada.
Ketika beranjak ke SMP negeri Labuha, opa kembali mengasah talenta yang diberikan oleh sang Khalik. Di tengah keadaan ibu kota kabupaten yang belum terjamah transportasi, Opa mulai menulis puisi dan dikirim ke Jakarta tahun 1977-1978. Masa-masa muda opa yang memiliki loyalitas terhadap seni sastra ditunjukan lewat cerita sederhana yang disampaikan, pada masa ini opa tidak pernah jajan. uang yang diberikan, opa pakai buat beli perangko, ujar opa.
SMA  Xaverius ambon menjadi pilihan berikutnya bagi opa untuk mengecam pendidikan. Di persekolahan Katolik ini, sesuai dengan besiknya opa. Ia mulai mengurus mading dan buletin sekolah.
Setelah lulus opa melanjutkan studinya di Universitas Pattimura, fakultas pertanian, jurusan hama penyakit. Dsini opa mulai mengurus media UNPATTI dan menjadi anggota organisasi, misalnya PMKRI dan GMKI tahun 1983.
 Mantan Anggota warkat pastoral (buletin uskup Amboina) ini juga menagalami proses yang begitu panjang sehingga pada semester akhir (skripsi) harus dinyatakan drop out. Namun langkah juang sang inpirator tak henti disini. Pada tahun 1993 opa bergabung bersama 15 teman lainnya di media suara maluku. Hingga Tiga bulan kemudian opa diangkat menjadi redaktur.
Dalam prestasi yang ada opa tidak pernah mendapatkan juara, namun opalah yang menjadi juri bagi setiap peserta lomba sastra. Selain itu juga opa melakukan pelatihan-pelatihan jurnalis di tingkat SMA maupun mahasiswa. Hal ini dikarenakan opa sangat mengerti dengan kode etik wartawan.
Tahun 1999 opa jatuh cinta dan mempersunting seorang wanita cantik yang bernama Ketty renwarin, dan di anugrahi empat anak perempuan yang cantik-cantik. Dan hingga saat ini opa  menjadi wakil pimpinan redaksi koran suara maluku.
Dikesempatan yang sama ketika diwawancarai, opa menyampaikan harapan bagi para wartawan muda. Menulis itu gampang tetapi yang menjadi terpenting adalah kode etik. Inilah dasar seseorang wartawan menjadi profesional. Ketika dasarnya baik maka penulisan akan sangat baik, ujar opa rudi.

1 komentar: