Dian, salah satu pemudi asal Tulehu yang memiliki impian untuk memajukan Maluku lewat Pariwisata. Mengajak beta untuk berdebat, dengan topik Pariwisata di Maluku rabu soreh (30/11).
Perdebatan ini berawal ketika salah satu dosennya mengatakan kalau di Maluku terdapat banyak pariwisata namun memiliki sumber daya manusia yang terbatas. Dari pernyataan ini beta menanggapi bahwa orang Maluku memiliki sumber daya manusia yang banyak namun tidak diperhatikan, malah didatangkan tenaga-tenaga dari luar dan kalah terhadap papua yang mengutamakan anak daerah.
Lewat via sms dian menanggapi apa yang beta sampaikan ini kata dian.
“Secara awam pariwisata di indonesia dapat disimpulkan sebagai obyek yang disiapkan oleh pemilik wisata untuk ditonton oleh pelancong atau dengan kata lain umumnya adalah sebagai pariwisata budaya yang berpusat pada masyarakat, jadi kalau dilihat di wilayah indonesia timur itu memang betul kurang adanya sumberdaya manusia yang memadai karena kurangnya tenaga terdidik dan berpengalaman dan di bidang pariwisata tersebut karena di ambon misalnya, tidak terdapat lembaga pendidikan kepariwisataan. Dan juga yang pergi kuliah pariwisata misalkan di jawa setelah lulus mereka banyak keluar negri, selain itu banyak praktisi yang hanya mengandalkan pengalaman selama membuka usaha di bidang tersebut sedangkan pemberdayaan dari pemerintah kepada pelaku pariwisata tidak ada sama sekali”.
Jawaban ini membuat beta menarik kesimpulan bahwa, pertama adanya sumber daya manusia namun pergi dan lupa memberdayakan Maluku, kedua fasilitas (lemabaga pendidikan) minim di Maluku, dan Ketiga kurangnya pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat.
Diskusi selanjutnya beta menyampaikan via sms kepada dian bahwa
“Pasca konflik pengunjung menurun karena soal keamanan di maluku, kedua setiap pengunjung yang datang pasti punya skejul. Misalnya mau ke banda direncanakan tiga hari tapi karena transportasi yang satu minggu satu kali misalnya membuat pengunjung ragu untuk datang.... pariwisata dimaluku bisa maju dan llebih baik ketika orang maluku sendiri bangun kenyamanan buat pengunjung”.
Adik dian meresponi baik pemikiran yang beta utarakan ini. hal yang menjadi sorotan berikuntnya bagi dian adalah transportasi dan pemanfaatan sehingga dian menegaskan.
“Masalah transportasi juga merupakan suatu kendala pariwisata di ambon bisa maju yang penting bagaimana kita bisa memanfaatkan 4P (product, price, place, promotion) sangat sulit untuk mengembangkan roda kehidupan pariwisata agar sesuai dengan apa yang diharapkan namun bukan berarti tidak bisa. Jika kita membicarakan masalah pariwisata maka hal ini tak akan lepas dari bagaimana cara kita menjual dan memasarkan keindahan dan kekayaan pariwisata yang kita miliki di mata dunia”
Dari jawaban ini saya kembali mersponi dengan sedikit memberi argumen lewat apa yang saya baca di internet. Dan berdiskusi dengan salah satu teman saya di komunitas badati[1]. “Kk sempat browsing di internet banyak orang di seluruh dunia yang datang maupun belum pernah datang . sebagian sudah mengenal pariwisata di Maluku tapi yang jadi persoalan utama adalah keamanan jadi mari katong Islam- Kristen stop biking maluku manangis katong gandeng tangan bangun maluku sama-sama adik”
Dian merespon. “Ituuuu akang kaka e.. katong harus damai jang mau terprovokasi katong hidup basudara, pela gandong baru kanapa harus ada rusuh-rusuh seperti bagitu. Katong maluku sudah saatnya maju”
“Spakat adik maju maluku n maju pariwisata”. Menjadi jawaban saya terakhir dalam perdebatan (diskusi) via sms ini.
Sungguh menjadi salah satu penglaman berharga bisa berdiskusi dengan adik Dian. Akhir yang baik seorang pemudi Tulehu dan beta pemuda saparua (Porto)bisa mendiskusikan tentang pariwisata di Maluku yang akhirnya membicarakan tentang Perdamian di Maluku.
Hal yang beta dapat dari diskusi ini adalah Pariwisata di Maluku yang begitu banyak, butuh pemuda-pemudi yang kreatif dan komitmen dengan keinginan mereka untuk kembali mangente (melihat) tanah Maluku ketika mencapai kesuksesan di tanah rantau, pemerintah harus lebih memperhatikan infrastruktur (transportasi) di daerah-daerah khususnya Maluku yang memiliki banyak keindahan alam serta bagi masyarakat Maluku keamanan tercipta bukan dari pemerintah saja tetapi juga orang Maluku (orang yang sudah menetap di Maluku seluruhnya) karena membangun Maluku adalah tanggung jawab bersama.
Akhir penulisan ini tanggal (1/12). beta minta Danke vor adik Dian semoga tujuan adik untuk membangun Maluku lewat pariwisata bisa terwujud
Salam damai dari Timur untuk adik Dian Mardiana Kurniasih Ohorella di tanah rantau.
[1] Badati= salah satu komunitas yang bergerak di Ambon dari akar rumput (masyarakat) untuk menyuarakan tentang perdamaian. Badati sendiri memiliki arti secara harafiah adalah batanggong. Anggotanya dari pemuda/i salam dan sarane.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar