Hasil diskusi yang beta buat lewat tulisan ini mungkin tidak semenarik dan sebaik yang teman-teman lakukan. Diskusi ini sebenarnya sudah dimulai tanggal (29/11) dan dilanjutkan tanggal (30/11) lewat permintaan teman saya yang disapa adik Dian.
Selasa malam (29/11)Dian dan beta mulai menyapa lewat SMS sekitar pukul 23.00 malam waktu ambon dan pukul 21.00 malam waktu jakarta. Berawal dari saling menyapa sehingga menanyakan proses kuliahnya Dian.
Dian adalah salah satu pemudi Tulehu yang menjadi mahasiswi di universitas Trisakti Fakultas pariwisata. Dengan basic ilmu yang seperti ini beta ragu untuk memulai diskusi tentang pariwisata. Namun kenapa tidak bila ini menambah pengetahuan. Dalam sms Dian mengatkan bahwa ketika memulai perkuliahan salah satu dosennya mengatkan kalau di Maluku pariwisatanya sangat banyak namun sumber daya manusianya terbatas.
Kemudian beta menanyakan untuk dian apa tanggapanmu? Dian menjawab “setuju kaka”. Alasan dian menjawab seperti ini lebih jelasnya dapat dilihat lewat diskusi di rabu soreh (30/11).
Hal saling menyapa lewat sms kembali terjadi sekitar pukul 15.00 waktu Ambon. Ketika Dian mengatakan bahwa Dian sudah selesai kuliah, selanjutnya beta dan dian bermain tebak-tebakan via sms. Karena merasa bosan Dian mengajak untuk berdebat. Beta pun meresponi baik permintaan Dian ini.
Perdebatan via sms dengan topik pariwisata di bekali sms semalam lewat perkataan sang dosen, beta pun meresponi pernyataan itu dengan tanggapan yang berbeda, beta mengatakan “ Kaka seng stuju soal sumber daya manusianya kurang, kayak dosen yang adik sampaikan. Karena Maluku punya sumberdaya manusia yang banyak cuman tidak diperhatikan malah didatangkan sumber daya dari luar Maluku kala sama papua. Orang asli daerah yang diutamakan”. Kalimat ini beta utarkan sesuai dengan penglaman beta ketika mengikuti seleksi bintara POLRI tahun 2007, ucapan yang slalu di lontarkan oleh pejabat pemerintah bahwa mengutamakan anak negeri. Namun hasilnya orang luar Maluku yang mendapat tempat lebih dalam penyeleksian calon bintara.
Dian yang memiliki keinginan setelah selesai studinya akan kembali membangun pariwisata di Maluku pun meresponi apa yang beta sampaikan. “Secara awam pariwisata di indonesia dapat disimpulkan sebagai pbyek yang disiapkan oleh pemilik wisata untuk ditonton oleh pelancong atau dengan kata lain umumnya adalah sebagai pariwisata budaya yang berpusat pada masyarakat, jadi kalau dilihat di wilayah indonesia timur itu memang betul kurang adanya sumberdaya manusia yang memadai karena kurangnya tenaga terdidik dan berpengalaman dan di bidang pariwisata tersebut karena di ambon misalnya, tidak terdapat lembaga pendidikan kepariwisataan. Dan juga yang pergi kuliah pariwisata misalkan di jawa setelah lulus mereka banyak keluar negri, selain itu banyak praktisi yang hanya mengandalkan pengalaman selama membuka usaha di bidang tersebut sedangkan pemberdayaan dari pemerintah kepada pelaku pariwisata tidak ada sama sekali”.
Jawaban yang lumayan panjang ketika diterima dengan HP yang fiturnya biasa. beta pun bingung untuk membalas tanggapan ini. dengan pengetahuan yang berbeda beta pun menguras otak untuk mengetik kata-kata di HP. Untungnya ada opa rudi yang dapat di ajak diskusi sehingga membuka pikiran beta. Tanpa lama beta pun membalasa sms Dian dengan menyimpulkan pokok-pokok yang disampaikan olehnya. “Pertama tenaga sumberdaya manusia ada tapi menghilang. Kedua fasilitas (lembaga pendidikan) tidak ada Di maluku. Ketiga lebih mencari keuntungan ketimbang pemberdayaan.. mmm he3x orang punya bidang ni e..., kalau gitu kk menambahkan. Pasca konflik pengunjung menurun karena soal keamanan di maluku, kedua setiap pengunjung yang datang pasti punya skejul. Misalnya mau ke banda direncanakan tiga hari tapi karena transportasi yang satu minggu satu kali misalnya membuat pengunjung ragu untuk datang.... pariwisata dimaluku bisa maju dan llebih baik ketika orang maluku sendiri bangun kenyamanan buat pengunjung”.
Sms ini sebenarnya membuat beta jadi canggung untuk berdebat, lebih lanjut karena seperti yang beta bilang lebih awal bahwa beta kurang memahami tentang pariwisata.
Namun danke (terima kasih) adik dian sudah memberi banyak masukan kepada beta. lewat perbincangan via sms ini. selanjutnya dian pun meresponi apa yang beta sampaikan. “Yaah betul sekali kak. Masalah transportasi juga merupakan suatu kendala pariwisata di ambon bisa maju yang penting bagaimana kita bisa memanfaatkan 4P (product, price, place, promotion) sangat sulit untuk mengembangkan roda kehidupan pariwisata agar sesuai dengan apa yang diharapkan namun bukan berarti tidak bisa. Jika kita membicarakan masalah pariwisata maka hal ini tak akan lepas dari bagaimana cara kita menjual dan memasarkan keindahan dan kekayaan pariwisata yang kita miliki di mata dunia”
Dari jawaban ini saya kembali mersponi dengan sedikit memberi argumen lewat apa yang saya baca di internet. Dan berdiskusi dengan salah satu teman saya di komunitas badati[1]. “Kk sempat browsing di internet banyak orang di seluruh dunia yang datang maupun belum pernah datang . sebagian sudah mengenal pariwisata di Maluku tapi yang jadi persoalan utama adalah keamanan jadi mari katong Islam- Kristen stop biking maluku manangis katong gandeng tangan bangun maluku sama-sama adik”
Dian merespon. “Ituuuu akang kk e katong harus damai jang mau terprovokasi katong hidup basudara, pela gandong baru kanapa harus ada rusuh-rusuh seperti bagitu. Katong maluku sudah saatnya maju”
“Spakat adik maju maluku n maju pariwisata”. Menjadi jawaban saya terakhir dalam perdebatan (diskusi) via sms ini.
Sungguh menjadi salah satu penglaman berharga bisa berdiskusi dengan adik Dian. Akhir yang baik seorang pemudi Tulehu dan beta pemuda saparua (Porto)bisa mendiskusikan tentang pariwisata di Maluku yang akhirnya membicarakan tentang Perdamian di Maluku.
Hal yang beta dapat dari diskusi ini adalah Pariwisata di Maluku yang begitu banyak, butuh pemuda-pemudi yang kreatif dan komitmen dengan keinginan mereka untuk kembali mangente (melihat) tanah Maluku ketika mencapai kesuksesan di tanah rantau, pemerintah harus lebih memperhatikan infrastruktur (transportasi) di daerah-daerah khususnya Maluku yang memiliki banyak keindahan alam serta bagi masyarakat Maluku keamanan tercipta bukan dari pemerintah saja tetapi juga orang Maluku (orang yang sudah menetap di Maluku seluruhnya) karena membangun Maluku adalah tanggung jawab bersama.
Akhir penulisan ini tanggal (1/12) beta minta Danke vor adik Dian semoga tujuan adik untuk membangun maluku lewat pariwisata bisa terwujud
Salam damai dari Timur untuk adik Dian Mardiana Kurniasih Ohorella di tanah rantau.
[1] Badati= salah satu komunitas yang bergerak di Ambon dari akar rumput (masyarakat) untuk menyuarakan tentang perdamaian. Badati sendiri memiliki arti secara harafiah adalah batanggong. Anggotanya dari pemuda/i salam dan sarane.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar